Setiap Negara mempunyai pengaruh kekuatan
alam gaib sendiri-sendiri, sehingga kebudayaan yang diamalkan oleh
masing-masing bangsa berbeda-beda.
Negara Republik Indonesia mempunyai
pengaruh kekuatan alam gaib yang sangat kuat, sehingga untuk
mendatangkan keselamatan hidup, masyarakatnya perlu membudayakan hal-hal
yang berkaitan dengan pengaruh kekuatan alam ghaib, seperti mengamalkan
ilmu kebatinan, meyakini adanya kekuasaan Sang Pencipta Alam Semesta,
atau hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pengaruh kekuatan alam ghaib.
Mari kita lihat para pemimpin pada jaman
kerajaan dulu sampai kepada Indonesia merdeka, mereka semua mempelajari
ilmu-ilmu kebatinan sampai kepada tingkat pertapaan, sehingga bathin
mereka betul-betul kuat untuk menghadapi berbagai macam persoalan.
Nabi Muhammad saw kalau ditarik garis
keturunan adalah sebagai Eyang Kanjeng Gusti Sunan Gunung Jati, sebelum
memimpin manusia kepada tingkat dunia, beliau mengamalkan ilmu kebatinan
sampai tingkat bertapa, beliau melakukan hablum minalloh ”pertapaan” di
dalam gua hiro, dan berkat pertapaannya yang sempurna turunlah firman
Alloh yang pertama kepada nabi besar Muhammad saw, selanjutnya disebut
sebagai wahyu pertama yang diturunkan oleh Alloh swt kepada nabi
akhiruil jaman di guwa hiro, yaitu Surat Ikro’
Lihat nabi-nabi lainnya sebelum nabi
Muhammad saw, mereka semua mempelajari ilmu kebatinan sampai kepada
tingkat pertapaan untuk mendatangkan wahyu, sehingga nabi Muhammad saw,
sesungguhnya mengikuti jejak pendahulunya.
Lihat raja-raja kita, sebelum terjun
memimpin rakyatnya, mereka mengamalkan ilmu kebatinan sampai kepada
tingkat bertapa. Setelah mendapatkan ilham dari hasil pertapaannya,
mereka terangkat menjadi pemimpin yang memiliki berkat kerahmatan Sang
Pencipta Alam Semesta, sehingga rakyatnya ikut mendapatkan berkat
Kerahmatan Sang Pencipta Alam Semesta.
Lihat juga sejarah wali sanga jawadwipa,
yang dipimpin oleh kanjeng gusti Sunan Gunung Jati, yaitu Raja Cirebon
yang mempunyai garis keturunan dari kanjeng nabi Muhammad saw, mereka
semua mengikuti lakulampah para nabi, yaitu mempelajari ilmu kebatinan
sampai kepada tingkat pertapaan, dan berkat pertapaannya yang sempurna
mereka semua mendapat berkat kerahmatan Sang Pencipta Alam Semesta.
Begitulah contoh pemimpin-pemimpin besar
yang rendah hati – tinggi ilmu – banyak keberkatan. Mereka semua pernah
melakukan pertapaan atau disebut juga pernah menghubungkan jiwa raga
secara total kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Pertapaan adalah salah
satu proses pembentukan keyakinan tingkat tinggi. Maka dengan melakukan
pertapaan terbentuklah keyakinan lahir batin yang sangat kuat, dan atas
dasar keyakinan lahir batin yang kuat itulah Sang Pencipta Alam Semesta
berkenan mendatangkan berkat kerahmatan-Nya.
Lalu bagaimanakah dengan
pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia setelah merdeka ? Apakah mereka masih
mau mempelajari ilmu kebatinan sampai kepada tingkat pertapaan ? Apakah
mereka pernah bertapa untuk mendapatkan berkat kerahmatan Sang Pencipta
Alam Semesta ? Pertanyaan ini tidak perlu kami jawab karena para
pembaca sudah mengetahui jawabannya.
Pertanyaan selanjutnya : Apakah
terjadinya beban kehidupan masyarakat yang dirasakan semakin berat
disebabkan karena pemimpin-pemimpin bangsa yang tidak memberikan berkat
kerahmatan ? Pertanyaan inipun tidak perlu kami jelaskan jawabannya,
karena sesungguhnya para pembaca sudah mengetahui jawabannya.
Saudara pembaca yang kami hormati. Kalau
boleh kami berpesan : Jadilah pemimpin bangsa yang rendah hati – tinggi
ilmu – banyak keberkatan. Ikutilah jejak kepemimpinan nabi dan wali,
agar bangsa ini bisa segera terbebas dari tipu daya iblis yang
menyesatkan.
Pelajarilah ilmu kebatinan sampai kepada
tingkat pertapaan. Hubungi kami di Sanggar Ibadah Hari Anggara Kasih
“SIHAK” untuk berbagi ilmu dan kebaikan, khusus buat saudara-saudara
yang bertempat tinggal jauh dari Bekasi silahkan hubungi kami via email :
Sihakdunia@yahoo.com atau melalui HP Pendoa SIHAK DUNIA 085224525553 –
089610198053
Semoga memberikan banyak manfaat
Admin atas nama Pengurus SIHAK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar